
Hati kita adalah chip kecil yang mengandung program. Dan tiap kejadian di dunia adalah saklar baginya. Hati yang dipenuhi dengan program kebaikan saat saklar kejadian di (on)- kan, maka jasad akan merseponsnya. Kita hanya bisa melihat respons. Adapun hati adalah sesuatu yang sangat rahasia. Maka, bila ingin memiliki respons yang baik hendaknya kita siapkan program dan diwujudkan dalam rangkaian fikir-dzikir-amal. Yakni,
a. Bila hati kecewa, maka siapkan rangkaian sabar, maafkan, lupakan.
b. Bila hati bahagia, maka siapkan rangkaian syukur, terima kasih, ingat.
Itu dua rangkaian dasar yang tiap diri kita saat menjalani kehidupan akan mendapat pendewasaan. Maka, rangkaian itu pun akan berkembang sesuai dengan tantangan kehidupan dan kedewasaan kita. Kedewasaan akan dapatkan dari serangkaian tantangan yang mengelilingi kehidupan kita. Sayangnya, ada sebagian dari kita yang seringkali mundur dalam benturan tantangan yang begitu kuat. Malah, tak sedikit ada yang menyerah, putus asa di tengah jalan.
Nah, lantas bagaimana menghiasi hati dengan rangkaian damai? Damai itu tenang, itmi’nan (tuma’ninah). Sumber dari ketenangan adalah iman. Karena memang diantara buah dari keimanan adalah ketenangan. Menghadirkan keimanan di hati adalah dengan menghiasi hati kita dengan banyak dzikir atau ingat kepada Allah Swt. “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.” Keimanan harus diupayakan melalui peningkatan kualitas “komunikasi” kita kepada Allah Swt.
Hati yang penuh dengan dzikir sama dengan botol yang penuh dengan air,
sehingga mau di bolak-balik, diguncang-guncang ia tetap tidak bergeming.
Tentu berbeda dengan hati yang sedikit berdzikir, botol yang tidak
penuh pasti akan berbunyi saat dikocok-kocok. Inilah perbedaan yang
harus kita pahami. Betapa hati yang dihiasi dengan dzikir akan memiliki
kualitas lebih dibanding dengan hati yang jauh dari dzikir kepada Allah.
Memiliki ketenangan dan karakter yang kuat, sekalipun mendapat
tantangan, bahkan ancaman dari luar.
Hidup dan ujian kehidupan ibarat botol dan guncangan kocokan. Akan tenang dan bergolak, semua tergantung pada sebanyak apa kita mengisi hati kita dengan dzikir. Semoga Allah senantiasa memudahkan dzikir ini keluar dari lisan, menelusup ke dalam hati dan menghiasi hati kita dan akhirnya ketenangan menjadi karakter jiwa kita. Dampaknya, orang-orang yang ada di sekeliling kita akan turut serta merasakannya. Mereka akan bisa larut dalam ketenangan dan kedamaian yang kita pancarkan. Kini, saatnya kita menjadi bagian bagi sumber ketenangan bari orang lain. (Allahu’alam bi showab).
0 komentar:
Posting Komentar