Khadijah: Inspirasi Cinta yang Tak Pernah Pudar

مَا أَبْدَلَنِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْراً مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِى إِذْ كَفَرَ بِى النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِى إِذْ كَذَّبَنِى النَّاسُ وَوَاسَتْنِى بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِى النَّاسُ وَرَزَقَنِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِى أَوْلاَدَ النِّسَاءِ

"Allah tidak memberi ganti kepadaku wanita yang lebih baik dari Khadijah. Ia beriman kepadaku saat orang-orang kafir kepadaku. Ia membenarkanku saat orang-orang mendustakanku. Ia membantuku dengan hartanya saat orang-orang tak memberikannya kepadaku. Dan darinya, Allah mengkaruniakan anak-anak kepadaku saat Dia tak mengkaruniakannya dari wanita-wanita lain."

Redaksi potongan hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Baqi Musnad al-Anshar Hadits al-Sayyidah 'Aisyah: 23719. Menurut al-Haitsami, hadits ini adalah hadits hasan.
Khadijah al-Qurasyiah al-Asadiyah. Ia lahir di kota Mekah 68 tahun sebelum hijriyah atau kira-kira di tahun 556 M. Ayahnya bernama Khuwailid putra dari Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Ibunya bernama Fatimah putri dari Za'idah bin al-Asham bin Rawahah bin Hajar bin Abd bin Ma'ish bin 'Amir bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Khadijah dikenal dengan sebuatan ath-Thahirah yang berarti wanita suci.
Khadijah adalah cinta sekaligus istri pertama Rasulullah. Saat menikah dengan beliau, usianya 40 tahun. Bahkan, ia sudah dua kali menjanda. Saat itu Rasulullah Saw berusia 25 tahun. Khadijah meninggal dunia 3 tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.

Kenangan Bersama Khadijah Ra
Bunga cinta Khadijah selalu mekar dalam relung hati Rasulullah. Bahkan, ketika ia telah meninggal dunia sekalipun. Rasulullah selalu mengenang dan bertutur tentang perannya di saat-saat suka maupun duka. Hingga di suatu waktu hati Aisyah Ra, istri Rasulullah yang lain, terbakar api cemburu. Memang, cinta pertama seringkali meninggalkan kesan mendalam. Permasalahannya tentu tidak sesederhana yang kita anggap. Tapi lebih dari itu, karena Khadijah memiliki sederet keistimewaan dibandingkan dengan istri-istri beliau yang lain. Ia berjasa besar dalam mengawal dakwah beliau yang penuh tantangan. Saat itu, ia adalah satu-satunya wanita yang mendampingi beliau.
Setidaknya, ada empat rahasia yang menjadikan cinta Khadijah tak pernah pudar dalam hati Rasulullah: Khadijah mengimani kenabiannya; membenarkan apa yang dibawa dan dikabarkannya; memberikan dukungan finansial di jalan dakwahnya; dan melahirkan putra-putrinya.


Beriman Pertama Kali
Selain istri pertama Rasulullah, Khadijah adalah yang kali pertama beriman terhadap kenabiannya saat orang lain mengingkari. Hal ini bukan perkara mudah, namun membutuhkan ketulusan dan kesetiaan. Kesetiaan iman terhadap suami sebagai utusan Allah Swt.
Kesetiaan itu tidak muncul begitu saja. Sejak awal, Khadijah sadar bahwa lelaki pilihannya adalah calon utusan Allah Swt. Ia tahu dari cerita Maisarah tentang kesaksian seorang pendeta atas kenabian Muhammad Saw saat menyertai perjalanan dagangnya ke Syam. Kesadaran inilah yang menuntun langkah Khadijah menuju Waraqah bin Naufal, setelah turun wahyu pertama di Goa Hira, untuk mencari jawaban atas tanda tanya tentang siapa yang telah datang kepada suaminya di goa itu. "Itu adalah malaikat Jibril yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa," begitu jawab Waraqah.

Membenarkan Risalah
Iman adalah ucapan lisan, keyakinan hati dan gerak anggota badan. Iman terhadap kerasulan Muhammad Saw membawa konsekuensi pembenaran atas risalah yang beliau bawa. Karena itu, kesetiaan Khadijah tidak berhenti pada kesetiaan iman dengan hanya sekadar percaya bahwa suaminya adalah utusan Allah Swt. Ia juga membenarkan apa-apa yang dibawa dan dikabarkannya.
Kesetiaan ini bukannya tanpa perjuangan. Terlebih saat itu, mayoritas masyarakat mendustakannya. Predikat penyair, tukang sihir, atau bahkan orang pandir sengaja mereka paksakan sebagai simbol penolakan terhadap risalahnya. Tanpa perjuangan, siapakah yang bisa bertahan mendampingi seorang suami yang dikecam oleh mayoritas masyarakatnya?
Namun, Khadijah lulus dalam kesetiaan penuh perjuangan itu. Ia memiliki kesetiaan iman dan moral yang mampu mengalirkan energi positif. Membangkitkan semangat beliau untuk terus menunaikan risalah sebagaimana perintah Allah Swt, "Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya." (QS. al-Maidah 5:67).

Dukungan Finansial
Kesetiaan Khadijah juga melahirkan dukungan luar biasa terhadap aktivitas dakwahnya. Khadijah telah mengajarkan kepada para istri bagaimana memberikan dukungan terhadap suami, baik moral maupun finansial. Simaklah dukungan moral Khadijah kepada Rasulullah sesaat setelah turunnya wahyu pertama. Dukungan ini mampu membesarkan hati Rasulullah yang sempat galau. Dengan tutur kata yang bijaksana dan penuh makna Khadijah menyemangati suaminya, "Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Sungguh, engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahmi; memikul beban orang lain; menghormati tamu; membantu orang yang kesusahan; dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran,” tuturnya meyakinkan.
Selain moral, Khadijah juga mendukung secara finansial. Bahkan dukungan finansial ia berikan sebelum suaminya menjadi utusan Allah Swt. Saat-saat sang suami ber-tahannuts di Goa Hira, Khadijahlah yang mengurus perbekalannya. Begitulah, Khadijah mengajarkan bahwa kesetiaan tidak hanya memerlukan kepercayaan dan pengakuan. Kesetiaan juga membutuhkan pengorbanan. Tak terkecuali pengorbanan harta.

Kelahiran Putra-putri Rasulullah
Memiliki anak merupakan harapan bagi pasangan suami istri, tak terkecuali rumah tangga Rasulullah dan Khadijah. Selain melengkapi kehidupan rumah tangga, memiliki anak ternyata menjadi sumber kebahagian tersendiri. Wajar jika Rasulullah berbahagia dengan kelahiran putra-putrinya dan menyanjung-nyanjung Khadijah yang telah melahirkan mereka. Karena dari istri-istri beliau, hanya Khadijah dan Maria al-Qabtiyyah yang memberi beliau keturunan. Dari pernikahannya dengan Khadijah, Rasulullah memiliki sejumlah anak laki-laki dan perempuan. Tetapi, semua anak laki-laki beliau meninggal. Anak-anak perempuan beliau adalah: Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Sedangkan dari pernikahannya dengan Maria Al-Qabtiyyah dikarunia seorang anak bernama Ibrahim yang meninggal sewaktu masih kecil.
Begitulah, Khadijah telah menginspirasi banyak wanita dalam merawat cinta dan menjaga ketahanan keluarga. Wallaahu a'lam. [ta]

0 komentar:

Posting Komentar