Ketika hati sudah menyerah pada sebuah puncak kelelahan, maka sejenak
istirahatkanlah dia dan ajaklah dia berbicara dengan jujur, tentang
penyebab dari semua itu.
Mungkin hati itu telah sangat terlalu penat dan ingin memuaskan diri berada dekat dengan penciptanya. Mungkin denganmu dia telah merasa sedikit jenuh, karena kealfaanmu menciptakan jarak antar dia dan Penciptanya. Lihatlah betapa dia sangat menginginkan kembali berakrab dengan kebaikan. Biarkan dia belajar untuk menginsyafkan kembali prajurit indrawinya yang masih bandel untuk berada dalam kedamaian. Biarkan sebentar dia menjadi penyaring untuk membedakan yang benar dan salah. Dan biarkan lebih lama, dia menuntunmu untuk menyegarkan dan menyemangatimu kembali, sehingga keluhan dan kelelahanmu bisa diselesaikan olehnya.
Dan ketika ragamu lelah, maka syukurilah, bahwa kau telah berhasil mendidik dirimu untuk berguna bagi keluargamu. Kau membahagiakan mereka, kau menenangkan mereka dengan hasil jerih payahmu yang melelahkan, sehingga tercukupilah kebutuhan mereka. Lihatlah betapa kehadiranmu memang memang pantas untuk di syukuri oleh sekitarmu, maka bersyukurlah atas karunia dari tuhanmu yang menjadikanmu pantas untuk menjadi yang di banggakan.
Dan ketika lidahmu terasa lelah, maka diamlah. Mungkin dia terlalu payah karena menuruti kemauan nafsu, hanya demi tercapainya sebuah kepentingan yang tiada di rihoi Allah. Mungkin Dia terlalu bosan atas sebuah petuah kebaikan, kalimat- kalimat mulia yang selalu kau ucapkan, namun ternyata tidak sesuai dengan yang kau lakukan. Atau mungkin dia terlalu lelah, atas sebuah sandiwara kebohongan yang telah kau usahakan dengan bermanis kata, hanya demi memuaskan ambisi dunia yang sebenarnya sangat sedikit.
Saat matamu juga lelah, maka pejamkan dan istirahatkanlah dia. Rasakanlah betapa kekhasan dari sebuah nikmat itu memang tengah menaungimu lewat indahnya memiliki pandangan. Maka jangan jadikan dia lelah karena terus menerus menjadi salah satu donatur dosa yang justru menggiringmu ke neraka. Dan jangan jadikan dia lelah karena terus menerus kau paksa untuk tetap terjaga mengikuti ambisimu dalam menggenggam dunia. Sadarilah kerinduannya akan sebuah keteduhan yang diingankannya, sebagai salah satu cabang dari cerminan hatimu. Penuhilah keinginannya untuk lebih ringan dalam memandang sebuah bentuk dari egomu.
Saat kakimu lelah, maka nyamankan dia. Nyamankan dengan berhenti untuk
tetap berdiri dalam sebuah kemaksiatan. Bahkan kakipun juga adalah
prajurit dari sebuah hatimu sendiri. Dia juga merupakan karunia nikmat
dari Allah, tapi juga bisa menjadi korban dari nafsumu jika kau tak
baik- baik dalam menjaganya. Istirahatkan dia dari langkah yang
terus-menerus demi memenuhi hasrat pikiran dan kamuan ambisimu. Mungkin hati itu telah sangat terlalu penat dan ingin memuaskan diri berada dekat dengan penciptanya. Mungkin denganmu dia telah merasa sedikit jenuh, karena kealfaanmu menciptakan jarak antar dia dan Penciptanya. Lihatlah betapa dia sangat menginginkan kembali berakrab dengan kebaikan. Biarkan dia belajar untuk menginsyafkan kembali prajurit indrawinya yang masih bandel untuk berada dalam kedamaian. Biarkan sebentar dia menjadi penyaring untuk membedakan yang benar dan salah. Dan biarkan lebih lama, dia menuntunmu untuk menyegarkan dan menyemangatimu kembali, sehingga keluhan dan kelelahanmu bisa diselesaikan olehnya.
Dan ketika ragamu lelah, maka syukurilah, bahwa kau telah berhasil mendidik dirimu untuk berguna bagi keluargamu. Kau membahagiakan mereka, kau menenangkan mereka dengan hasil jerih payahmu yang melelahkan, sehingga tercukupilah kebutuhan mereka. Lihatlah betapa kehadiranmu memang memang pantas untuk di syukuri oleh sekitarmu, maka bersyukurlah atas karunia dari tuhanmu yang menjadikanmu pantas untuk menjadi yang di banggakan.
Dan ketika lidahmu terasa lelah, maka diamlah. Mungkin dia terlalu payah karena menuruti kemauan nafsu, hanya demi tercapainya sebuah kepentingan yang tiada di rihoi Allah. Mungkin Dia terlalu bosan atas sebuah petuah kebaikan, kalimat- kalimat mulia yang selalu kau ucapkan, namun ternyata tidak sesuai dengan yang kau lakukan. Atau mungkin dia terlalu lelah, atas sebuah sandiwara kebohongan yang telah kau usahakan dengan bermanis kata, hanya demi memuaskan ambisi dunia yang sebenarnya sangat sedikit.
Saat matamu juga lelah, maka pejamkan dan istirahatkanlah dia. Rasakanlah betapa kekhasan dari sebuah nikmat itu memang tengah menaungimu lewat indahnya memiliki pandangan. Maka jangan jadikan dia lelah karena terus menerus menjadi salah satu donatur dosa yang justru menggiringmu ke neraka. Dan jangan jadikan dia lelah karena terus menerus kau paksa untuk tetap terjaga mengikuti ambisimu dalam menggenggam dunia. Sadarilah kerinduannya akan sebuah keteduhan yang diingankannya, sebagai salah satu cabang dari cerminan hatimu. Penuhilah keinginannya untuk lebih ringan dalam memandang sebuah bentuk dari egomu.
Saat kau telah begitu lelah... beristigfarlah atas apa yang telah membuatmu lelah, dan kemudian istirahatkan kelelahanmu. Selanjutnya serahkan urusanmu kepada yang Maha terjaga, Allah Subhanahu Wata'la.
0 komentar:
Posting Komentar