Seperti biasanya, hari Ahad adalah hari mencuci “nasional” di kos saya. Di pagi buta, sekian baju di hangger telah berderet memenuhi tali jemuran. Sementara, saya baru merendam cucian sambil mengumpulkan sisa hangger yang masih nganggur dengan salah seorang adek kos. Tiba-tiba, hujan turun. Kami pun kalang-kabut menyelamatkan baju temen-teman yang telah dijemur. “Ya, belum sempat menjemur dah hujan. Kapan keringnya nih?” ujar adek kos mengeluh. Sempat terfikir membenarkan kata-katanya. Namun, segera kutepis pikiran tersebut. “Bagi Allah, urusan mengeringkan baju sangat mudah, Dek. Tenang saja,” ujarku menimpali.
Benar saja, tidak sampai bilangan jam, hujan telah reda dan sinar matahari begitu cerah. Kami pun segera menjemur kembali baju-baju yang ada. Hingga tengah hari, ternyata seragam-seragam kami telah kering. Hmm...jika kita yakin, Allah hanya perlu memerintahkan matahari bersinar sebentar saja untuk mengeringkan baju-baju kami. Maka tak pantaslah kita menyalahkan hujan. Allah tidak akan pernah salah dalam mengatur alam ini. Apapun itu. Termasuk saat terjadinya hujan.

Khadijah: Inspirasi Cinta yang Tak Pernah Pudar

مَا أَبْدَلَنِيَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْراً مِنْهَا قَدْ آمَنَتْ بِى إِذْ كَفَرَ بِى النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِى إِذْ كَذَّبَنِى النَّاسُ وَوَاسَتْنِى بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِى النَّاسُ وَرَزَقَنِى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا إِذْ حَرَمَنِى أَوْلاَدَ النِّسَاءِ

"Allah tidak memberi ganti kepadaku wanita yang lebih baik dari Khadijah. Ia beriman kepadaku saat orang-orang kafir kepadaku. Ia membenarkanku saat orang-orang mendustakanku. Ia membantuku dengan hartanya saat orang-orang tak memberikannya kepadaku. Dan darinya, Allah mengkaruniakan anak-anak kepadaku saat Dia tak mengkaruniakannya dari wanita-wanita lain."

Redaksi potongan hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Baqi Musnad al-Anshar Hadits al-Sayyidah 'Aisyah: 23719. Menurut al-Haitsami, hadits ini adalah hadits hasan.
Khadijah al-Qurasyiah al-Asadiyah. Ia lahir di kota Mekah 68 tahun sebelum hijriyah atau kira-kira di tahun 556 M. Ayahnya bernama Khuwailid putra dari Asad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Ibunya bernama Fatimah putri dari Za'idah bin al-Asham bin Rawahah bin Hajar bin Abd bin Ma'ish bin 'Amir bin Luai bin Ghalib bin Fihr. Khadijah dikenal dengan sebuatan ath-Thahirah yang berarti wanita suci.
Khadijah adalah cinta sekaligus istri pertama Rasulullah. Saat menikah dengan beliau, usianya 40 tahun. Bahkan, ia sudah dua kali menjanda. Saat itu Rasulullah Saw berusia 25 tahun. Khadijah meninggal dunia 3 tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah.

Kenangan Bersama Khadijah Ra
Bunga cinta Khadijah selalu mekar dalam relung hati Rasulullah. Bahkan, ketika ia telah meninggal dunia sekalipun. Rasulullah selalu mengenang dan bertutur tentang perannya di saat-saat suka maupun duka. Hingga di suatu waktu hati Aisyah Ra, istri Rasulullah yang lain, terbakar api cemburu. Memang, cinta pertama seringkali meninggalkan kesan mendalam. Permasalahannya tentu tidak sesederhana yang kita anggap. Tapi lebih dari itu, karena Khadijah memiliki sederet keistimewaan dibandingkan dengan istri-istri beliau yang lain. Ia berjasa besar dalam mengawal dakwah beliau yang penuh tantangan. Saat itu, ia adalah satu-satunya wanita yang mendampingi beliau.
Setidaknya, ada empat rahasia yang menjadikan cinta Khadijah tak pernah pudar dalam hati Rasulullah: Khadijah mengimani kenabiannya; membenarkan apa yang dibawa dan dikabarkannya; memberikan dukungan finansial di jalan dakwahnya; dan melahirkan putra-putrinya.

Aku, Hadiah TERINDAH Keluarga KU

 Hidup tidak selalu membawa kita pada episode kebahagiaan, senyum dan kesenangan. Saat kesedihan akhirnya harus kita jalani, kadang secara manusiawi, kita berharap ada seseorang yang bisa kita jadikan pelipur. Entah sekadar untuk bercerita demi melepas penat, atau malah bisa menghibur kita, sehingga sejenak bisa melupakan kesedihan dan mencari solusi yang tepat untuk keluar dari masalah
***
 Ya, betapapun kita melangkah jauh di manapun bagian di dunia ini, maka keluargalah yang biasanya menjadi tempat terhangat untuk kita kembali. Mungkin banyak dari kita yang setuju, jika keluarga adalah ibarat pelabuhan untuk kita bersandar dan beristirahat dari penatnya kesibukan dan individualitas dunia. Tapi sayang sekali, banyak di antara saudara kita yang tidak dapat menemukan itu di dalam keluarga mereka. Walau sekaya apapun mereka, namun hati mereka terasa menggelandang. Tidak punya “rumah”.
Apakah pernah terbersit dalam hati kita, bahwa anggota keluarga kita sekarang ini, tidak pernah memesan sebelumnya kepada Allah untuk dipertemukan dengan kita dan terikat darah serta hati atas nama keluarga? Mungkin mereka bisa ditakdirkan Allah untuk berada di tengah- tengah keluarga yang lebih baik dari yang kita bisa ciptakan sekarang untuk mereka. Lalu, mengapa masih ada di antara kita yang justru kehadirannya dibenci oleh anggota keluarga yang lain? Karena kata-kata yang selalu menyakitkan, sikap yang tidak menyenangkan dan kebiasaan yang merendahkan?
Saudaraku, bukankah kebaikan itu akan selalu menentramkan, menghangatkan baik siapa pun penerima dan pelakunya? Dan kebaikan hanya dimiliki oleh orang-orang yang baik. Kebaikan juga bukan hanya akan membaikkan diri kita sendiri, namun juga orang-orang yang kita sayangi. Lalu, mengapa kita masih setia untuk berlaku buruk? lalu mengapa kita masih tetap keras hati untuk menyuguhkan tontonan sikap yang buruk kepada keluarga kita, sehingga mereka sampai- sampai merasa tidak lagi memiliki diri kita sebagai bagian dari keluarga?

Saat Kau Begitu Lelah

Ketika hati sudah menyerah pada sebuah puncak kelelahan, maka sejenak istirahatkanlah dia dan ajaklah dia berbicara dengan jujur, tentang penyebab dari semua itu.

Mungkin hati itu telah sangat terlalu penat dan ingin memuaskan diri berada dekat dengan penciptanya. Mungkin denganmu dia telah merasa sedikit jenuh, karena kealfaanmu menciptakan jarak antar dia dan Penciptanya. Lihatlah betapa dia sangat menginginkan kembali berakrab dengan kebaikan. Biarkan dia belajar untuk menginsyafkan kembali prajurit indrawinya yang masih bandel untuk berada dalam kedamaian. Biarkan sebentar dia menjadi penyaring untuk membedakan yang benar dan salah. Dan biarkan lebih lama, dia menuntunmu untuk menyegarkan dan menyemangatimu kembali, sehingga keluhan dan kelelahanmu bisa diselesaikan olehnya.

Dan ketika ragamu lelah, maka syukurilah, bahwa kau telah berhasil mendidik dirimu untuk berguna bagi keluargamu. Kau membahagiakan mereka, kau menenangkan mereka dengan hasil jerih payahmu yang melelahkan, sehingga tercukupilah kebutuhan mereka. Lihatlah betapa kehadiranmu memang memang pantas untuk di syukuri oleh sekitarmu, maka bersyukurlah atas karunia dari tuhanmu yang menjadikanmu pantas untuk menjadi yang di banggakan.

Dan ketika lidahmu terasa lelah, maka diamlah. Mungkin dia terlalu payah karena menuruti kemauan nafsu, hanya demi tercapainya sebuah kepentingan yang tiada di rihoi Allah. Mungkin Dia terlalu bosan atas sebuah petuah kebaikan, kalimat- kalimat mulia yang selalu kau ucapkan, namun ternyata tidak sesuai dengan yang kau lakukan. Atau mungkin dia terlalu lelah, atas sebuah sandiwara kebohongan yang telah kau usahakan dengan bermanis kata, hanya demi memuaskan ambisi dunia yang sebenarnya sangat sedikit.

Saat matamu juga lelah, maka pejamkan dan istirahatkanlah dia. Rasakanlah betapa kekhasan dari sebuah nikmat itu memang tengah menaungimu lewat indahnya memiliki pandangan. Maka jangan jadikan dia lelah karena terus menerus menjadi salah satu donatur dosa yang justru menggiringmu ke neraka. Dan jangan jadikan dia lelah karena terus menerus kau paksa untuk tetap terjaga mengikuti ambisimu dalam menggenggam dunia. Sadarilah kerinduannya akan sebuah keteduhan yang diingankannya, sebagai salah satu cabang dari cerminan hatimu. Penuhilah keinginannya untuk lebih ringan dalam memandang sebuah bentuk dari egomu.

Jagalah Allah, Maka Allah Akan Menjagamu

Jagalah perintah-perintah-Nya dan kerjakanlah, serta hindarilah larangan-larangan-Nya, maka Dia akan menjagamu dalam berbagai keadaanmu, di dunia dan akhiratmu.

Ketika kau juga memastikan bahwa tiada aturan Allah yang serta merta kau langgar, dan didalam hati kau nyimpan rapat- rapat ketaatan mu kepada Allah serta keindahan imanmu yang hanya kau persembahkan kepadanya, maka segenap ragapun akan mengikuti dan tunduk patuh pada daulat hati, sang raja mereka.

Dan jika hati sudah kau putuskan untuk kau kendalikan atas nama sang maha hidup, maka tiada lain hanya kebaikan yang akan kau lakukan dan kedamaian yang akan kau sebarkan kepada seluruh makhluk yang berada di sekelilingmu.

Namun sebaliknya, saat seribu satu kata kau ucapkan guna menutupi satu dosa yang telah kau lakukan, maka lihatlah kelanjutan hasil dari perilaku sembronomu. Tabungan dosa yang kau ciptakan semakin hari semakin menumpuk, dan ternyata satu kebohongan itu tak lagi simple untukmu. Dari sanalah tumpukan dosa itu berasal, dan bermuara pada musibah yang tinggal menunggu waktu untuk datang membunuhmu. Dan belum lagi lihatlah, masihkah sanggup kau mengangkat wajahmu dihadapan Allah?

Saat kau menjaga hak- hak Allah, maka lambat laun, dirimu akan merasa selalu melihat dan dilihat oleh Allah. Setelah itu tiada lain, bahwa tujuan, perhatian serta ketetapan hatimu hanya tertuju kepadanya. Bahkan seorang manusia saja akan sangat senang saat dia hidupnya berlimpah perhatian dan selalu dikenang atas atapun keadaannya.

Dan Dia adalah Allah Subhanahu wata`ala, Tuhan semesta alam yang Maha santun dan Maha menghargai setiap apa yang dilakukan oleh hambanya, sebagai upaya untuk mendekat kepadaNya. Dialah yang Maha mampu untuk memuliakan dan menghargaimu, serta memberi sebaik- baik balasan bagimu, dalam kehidupan dunia atau akheratmu kelak.

Jagalah Allah, maka engkau mendapati-Nya dihadapanmu...

Sikap Rasulullah Terhadap Kenaikan Harga Barang-barang

Kasus naiknya harga barang, tidak hanya terjadi di zaman sekarang. Fenomena ini bahkan pernah terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Disebutkan dalam riwayat bahwa di zaman sahabat pernah terjadi kenaikan harga. Mereka pun mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan masalahnya. Mereka mengatakan,
“Wahai Rasulullah, harga-harga barang banyak yang naik, maka tetapkan keputusan yang mengatur harga barang.”  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang menetapkan harga, yang menyempitkan dan melapangkan rezeki, Sang Pemberi rezeki. Sementara aku berharap bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku disebabkan kezalimanku dalam urusan darah maupun harta.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, Ibnu Majah, dan dishahihkan Al-Albani)
Pertama, sesungguhnya Allah Dzat yang menakdirkan semua harga
Dengan memahami hal ini, setidaknya kita berusaha mengedepankan sikap tunduk kepada takdir, dalam arti tidak terlalu bingung dalam menghadapi kenaikan harga, apalagi harus stres atau bahkan bunuh diri. Semua sikap ini bukan solusi, tapi justru menambah beban dan memperparah keadaan.
Kedua, sesungguhnya kenaikan harga tidak mempengaruhi rezeki seseorang
Bagian penting yang patut kita yakini bahwa rezeki kita telah ditentukan oleh Allah‘Azza wa Jalla. Jatah rezeki yang Allah tetapkan tidak akan bertambah maupun berkurang. Meskipun, masyarakat Indonesia diguncang dengan kenaikan harga barang, itu sama sekali tidak akan menggeser jatah rezeki mereka.
Allah subhanahu wata’ala menyatakan,
“Andaikan Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. As-Syura: 27)
Ibnu Katsir mengatakan,
“Maksud ayat, Allah memberi rezeki mereka sesuai dengan apa yang Allah pilihkan, yang mengandung maslahat bagi mereka. Dan Allah Maha Tahu hal itu, sehingga Allah memberikan kekayaan kepada orang yang layak untuk kaya, dan Allah menjadikan miskin sebagian orang yang layak untuk miskin.” (Tafsir Alquran al-Adzim, 7:206)

Kebiasaan Buruk di Meja Kerja yang Memicu Penyakit

Meja kerja hampir sama akrabnya dengan tempat tidur Di tempat ini Anda biasa menghabiskan waktu panjang melakukan berbagai aktivitas — membaca email, mendengarkan musik, sampai makan siang. Pantau kembali kebiasaan bekerja Anda, jangan sampai membahayakan kesehatan.

Mendengarkan musik terlalu kerasUntuk menghormati rekan kerja yang lain, Anda menggunakan earphone untuk mendengarkan musik. Hati-hati, perhatikan volume earphone yang Anda gunakan. Seringkali saking kencangnya teman di meja sebelah masih bisa mendengar sayup-sayup suara musik.

Sebelum menggunakan earphone, pastikan posisi volume dalam keadaan 0 atau off. Ketika memasang earphone, naikkan volume pelan-pelan sampai level yang nyaman untuk kuping. Sebuah penelitian yang diadakan di Amerika menyebutkan menggunakan earphone lebih dari 90 menit secara konstan selama waktu yang lama, meningkatkan risiko terjadinya gangguan pendengaran.

Untuk kesehatan telinga, batasi volume sampai 50-70 persen batas maksimal volume. Ketika Anda merasa kuping tidak nyaman atau sakit kepala, sebaiknya hentikan penggunaan earphone segera. Sering kali karena terlalu serius bekerja, Anda sampai melupakan hal ini.

Meja yang berantakan Tumpukan pekerjaan, kertas yang sudah tidak terpakai, sampai bekas makanan sering jadi penghuni abadi meja kerja. Pekerjaan yang terus datang dan kegiatan lain yang menyita waktu membuat Anda sering lupa merapikan meja kerja.

Ada tiga masalah yang bisa muncul dari meja kerja yang berantakan. Pertama, stres karena melihat isi meja yang tidak beraturan serta menumpuk. Kedua, munculnya bibit-bibit sarang kuman. Ketiga, penyakit otot. Penelitian yang diadakan Universitas Arizona, Amerika menemukan meja kerja rata-rata 400 kali lebih kotor dari dudukan toilet. Tempat-tempat yang paling kotor antara lain permukaan meja, keyboard komputer/laptop dan gagang telepon.

Untuk mencegahnya, bersihkan meja Anda setidaknya seminggu sekali. Pada akhir pekan atau awal pekan gunakan waktu untuk membuang hal-hal yang tidak perlu. Seka seluruh permukaan meja dan peralatan lainnya dengan tisu pembersih anti kuman. Meja yang bersih dan lapang akan membuat suasana kerja semakin menyenangkan. Tumpukan yang tidak beraturan serta posisi benda yang tidak teratur akan membuat seseorang berusaha lebih keras untuk meraih sebuah benda yang diinginkan. Tak jarang hal ini menimbulkan cedera otot ringan.